Muslim Indonesia Dalam kerangka Berbangsa Dan Bernegara

Islam adalah rahmatan lil'alamin mengatur segala hajat umatnya dari mulai persoalan kecil hingga besar. Islam tidak dibatasi oleh faktor sosial dan geografis, kita dapat melihat bagaimana Rosulullah pada masa itu mengembangkan Islam tidak terbatas pada satu kabilah dan teritorialnya saja namun semua suku kabilah beliau rangkul dalam satu kalimat " Laa ilaaha illallaah,
Muhammadar rasulullah"  sebagaimana Allah gambarkan dalam firman-Nya :


وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya : "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan. Maka Allah persatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-oeang bersaudara, dan kamu berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada mu agar kamu mendapat petunjuk". (QS. Ali 'Imran : 103)

Jiwa kepemimpinan yang adil menjadikan Rasulullah berhasil mempersatukan kabilah-kabilah di jazirah Arab dalam Islam. Sikap adil yang ada pada diri Rasulullah sudah termashur di kalangan para kepala suku dan masyarakat Arab jauh sebelum kenabiannya. Ini terbukti saat Rasulullah menjadi penengah ketika terjadi perselisihan antar kepala suku dalam proses pemindahan Hajar Aswad ke tempat semula. Persoalan -persoalan berbangsa dan bernegara terkadang muncul di tengah umat yang beragam menjadi konsentrasi beliau dalam salah satu da'wahnya. Fanatisme kesukuan dan provokasi kaum kafir masa itu sesekali muncul dan terkadang memancing egoisme sebagian umat masa itu, namun sekali lagi dengan suri tauladan beliau umat tercerahkan.

Terwujudnya masyarakat madani pada masa Rasulullah tidak terlepas dari umat yang kokoh berdasarkan Quran dan Sunnah, umat tercedaskan dalam memahami persoalan-persoalan bernegara, cerdas pula dalam menempatkan hak dan kewajiban baik sesama muslim maupun non muslim.

Muslim Indonesia

Sekilas gambaran muslim Indonesia. Bagaimana seorang muslim hidup dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia?, jauh sebelum negara ini terbentuk, muslim nusantara sudah menunjukkan sikap, baik sebagai seorang muslim maupun maupun sebagai satu kesatuan masyarakat yang ada. Kendati demikian dengan latar belakang sosial budaya yang komplek, perbedaan itu muncul ysng tak jarang menjadi perselisihan di tengah-tengah masyarakat  muslim. Kita sadar bahwa penyebaran Islam di nusantara melalui pendekatan sosial budaya masyarakat setempat namun ini tidak boleh manjadi satu alasan konflik berkepanjangan. Perbedaan cara pandang yang berujung perselisihan sesama muslim dalam beberapa hal menjadi cermin buruknya hubungan sesama muslim (hablumminannas), umat enggan mencari solusi melalui pendekatan kebersamaan, padahal Rasulullah menjelaskan bahwa solusi dari sebuah pertikaian adalah Al-Quran dan Sunnah.

Muslim dan suksesi

Islam tidak bisa dipisahkan dari politik karena politik bagian dari Islam sebagaimana Rasulullah mencontohkan pada masa itu. Kontribusi muslim dalam berpolitik membawa pencerahan terhadap sistem berbangsa dan bernegara dan sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT. Seorang muslim tidak boleh apatis dan harus mengambil bagian serta prinsip-prinsip politik harus ditegakkan sejujur-jujurnya.

Muslim dan umat beragama menjadi satu kesatuan masyarakat Indonesia

Indonesia adalah bangsa yang besar dengan  segala kemajemukan rakyatnya. Terbentuknya masyarakat sejahtera dan berkeadilan dalam kerangka NKRI bisa terwujud jika masing-masing umat beragama paham dengan hak dan kewajibannya, memahami batas-batas aspek religi masing-masing, tidak bisa satu umat beragama memaksakan aspek religi kepada umat lain atas dasar toleransi. Islam sangat menolak tegas bentuk penyesatan pola pikir atas dasar toleransi.

Memahami toleransi bukan semata-mata usaha membuat sebagian umat beragama merasa senang dengan mengorbankan prinsip religi itu sebdiri, tapi lebih kepada konsistensi kita memandang sebuah perbedaan.

Islam mengatur prinsip hubungan antar umat beragama. Prisip hablumminannas tidak hanya kepada sesama muslim tetapi juga umat beragama lainnya serta menjadi nilai ketaatan ibadah vertikal kepada Sang Khaliq.

Muslim dan bela negara

Indonesia adalah negara yang berdaulat dan menghormati kedaulatan negara lain, ancaman dari luar baik secara langsung maupun tidak menjadi kewajiban muslim menjaga keutuhan negara dari ancaman asing. Ancaman kedaulatan negara tidak hanya datang dari luar namun tanpa disadari dapat datang dari dalam, seperti ancaman disintegrasi bangsa yang disebabkan oleh anak bangsa itu sendiri.

Kesadaran muslim dalam berbangsa dan bernegara tetap berpedoman kepada prinsip menjunjung perbedaan. Perbedaan sosial budaya serta religi seharusnya menjadi perekat kebangsaan.

No comments:

Post a Comment